ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN
DENGAN METODE SPRINGATE KONVENSIONAL DAN METODE FUZZY SPRINGATE PADA PERUSAHAAN
INDUSTRI FARMASI
Cahaya Santika Taqwa
Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Cahayababel@yahoo.com
ABSTRAK
Semakin berkembangnya perekonomian
menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Unsur keuangan yang tidak sehat dapat
mengakibatkan suatu perusahaan mengalami kebangkrutan oleh karena itu prediksi kebangkrutan diharapkan
dapat menjadi peringatan dini bagi perusahaan agar tidak mengalami kegagalan
keuangan. Metodologi yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode Springate Konvensional dan metode Fuzzy
Springate dengan variabel working capital to total assets ratio, earning
before interest and taxes to total assets ratio, sales
to total assets ratio , earning before
taxes to current. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
dalam perhitungan metode Springate Konvensional terdapat 2 perusahaan yang masuk dalam kategori
bangkrut yaitu PT. Pryidam Farma Tbk pada tahun 2007 dan PT. Schering
Plough Indonesia Tbk 2007 - 2008 and 2010 – 2011, sedangkan dalam
perhitungan metode Fuzzy Springate, terdapat
3 perusahaan yang dikategorikan bangkrut yaitu , PT. Indofarma Tbk pada
tahun 2007, PT. Pryidam Farma Tbk pada tahun 2007 dan PT. Schering Plough
Indonesia tahun 2007 - 2008 and 2010 - 2011.
Kata Kunci : Fuzzy Springate, Pharmaceuticals
ABSTRACT
The continued growth of the economy led to competition between companies are becoming increasingly stringent. Financial Elements unhealthy can lead a company into bankruptcy, in
order that bankruptcy prediction is expected can be early
warning for companies so that doesn’t get financial distress. Methodology used in this paper is Springate Conventional method and Fuzzy Springate method with
variable working capital to total assets ratio, earnings before interest and taxes to total assets ratio, sales to total assets ratio, and earnings before taxes to current liabilities. Results from the study show that the calculation method for the prediction
of bankruptcy Conventional
Springate ,there are 5 companies
listed in the category of bankruptcy that is PT. Pryidam Farma Tbk and PT in 2007. Schering Plough Indonesia Tbk to 2007 - 2008 and 2010 – 2011. Prediction of bankruptcy Fuzzy Springate, there
are 3 companies were categorized bankruptcy, PT. Indofarma Tbk in 2007, PT. Pryidam Farma Tbk and PT in 2007. Schering Plough Indonesia Tbk to the years 2007
- 2008 and 2010 – 2011.
Keywords : Fuzzy
Springate, Pharmaceuticals
PENDAHULUAN
Selama kurun waktu belakangan
ini dunia ekonomi dan bisnis berkembang dengan pesat. Perusahaaan-perusahaan
telah berkembang menjadi semakin besar dan kompleks. Hal ini tidak terlepas
dari semakin tinggi dan canggihnya teknologi serta manajemen yang sehat di
dalam perusahaan itu sendiri.
Pada umumnya, perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh
perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan, disamping itu ada pula tujuan lain
yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam
persaingan, berkembang (growth) serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi
sosial lainnya di masyarakat. Semakin
berkembangnya perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi
semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut perusahaan untuk
selalu memperkuat fundamental manajemen sehingga akan mampu bersaing dengan
perusahaan lain. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan global akan
mengakibatkan pengecilan dalam volume
usaha yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba untuk menerapkan analisis
potensi kebangkrutan ini pada salah satu industri yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia yaitu Consumer Goods Industry
dengan konsentrasi Pharmaceuticals.
Industri ini dipilih karena perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri
farmasi sedang mengalami perkembangan yang signifikan, dimana pemerintah dalam hal ini Menteri
Keuangan menetapkan peraturan Nomor 104/2009 yang membatasi alokasi dana iklan
produk obat. Kebijakan ini mengharuskan industri farmasi untuk membatasi
pembelanjaan iklan, jika
promosi berkurang, pasar menjadi sulit untuk berkembang karena masyarakat tidak
mengetahui adanya produk obat baru tersebut. Ditambah pengetatan persyaratan
registrasi obat, di mana obat yang didaftarkan harus diproduksi di dalam
negeri. Konsumsi obat per kapita di Indonesia pun jauh lebih rendah dibanding
negara lain.
Untuk melengkapi keterbatasan
dari analisis rasio dapat menggunakan beberapa metode alat analisis untuk
memprediksi kebangkrutan yang telah dikembangkan oleh para peneliti seperti
Fuzzy (1965),Beaver(1966), Altman(1968, 1973, 1982, 1993), Springate(1978),
Zavgren (1983), Zmijewski (1983). Dari beberapa metode analisis yang telah
disebutkan diatas, peneliti merasa tertarik untuk membandingkan dua jenis
metode yaitu metode analisis Springate Konvensional, metode Fuzzy Springate yang dikembangkan dalam penelitian
dengan judul “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Springate konvensional
dan Metode Fuzzy Springate pada Perusahaan
Industri Farmasi”.
Dari uraian di
atas, dapat diketahui bahwa
pengetatan kebijakan yang dilakukan pemerintah pada industri farmasi akan
mengakibatkan kemungkinan perusahaan – perusahan di sektor farmasi mengalami
masalah keuangan sangat tinggi. Tidak sedikit perusahaan yang mengalami
permasalahan dalam bidang keuangan dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai prediksi kebangkrutan. Prediksi
kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang
kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan atau tidak dimasa
yang akan datang. Banyak metode yang
dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan salah satunya metode Springate, metode springate dipilih penulis dikarenakan metode ini memiliki tingkat
kebenaran yang tinggi ketika digunakan untuk memprediksi perusahaan manufaktur,
untuk lebih memberikan keakuratan dan ketajaman hasil penelitian penulis juga
akan membandingkannya dengan metode fuzzy
springate. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut. Pertama, Bagaimana
prediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur kategori Farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menurut metode Springate konvensional?. Kedua Bagaimana prediksi kebangkrutan
perusahaan manufaktur kategori Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
menurut metode Fuzzy Springate?.
Ketiga Bagaimana perbandingan tingkat keakuratan metode Springate konvensional dan metode Fuzzy Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan Industri Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dalam penulisan
ini, penulis membatasi permasalahan, yang menjadi objek penulisan adalah
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk memprediksi kebangkrutan dengan
menggunakan metode Springate Konvensional
dan Fuzzy Springate. Dengan
menggunakan laporan keuangan 9
perusahaan Industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2007 - 2011
Adapun
tujuan penulisan ini yang pertama,
untuk mengetahui bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur kategori
Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
menurut metode Springate konvensional.
Kedua, untuk mengetahui bagaimana
prediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur kategori Farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menurut metode Fuzzy Springate,dan untuk Mengetahui perbandingan tingkat
keakuratan metode Springate konvensional
dan metode Fuzzy Springate dalam
memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur kategori Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari
uraian penulisan ini, diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya: bagi pemilik perusahaan dapat digunakan
untuk memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya di
perusahaan itu atau menjualnya dan kemudian menanamkan modalnya ditempat lain, sedangkan investor dan kreditor
sebagai pihak yang berada di luar perusahaan dituntut mengetahui perkembangan
yang ada dalam perusahaan demi keamanan investasi modalnya sebab ketidakmampuan
untuk membaca sinyal-sinyal dalam kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian
dalam investasi yang telah dilakukan.
METODE PENELITIAN
Populasi
penelitian ini adalah perusahaan industri farmasi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011.
Perusahaan farmasi digunakan sebagai populasi karena memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap potensi
kebangkrutan yang disebabkan pengetatan kebijakan yang dilakukan pemerintah. Perusahaan yang tercatat dalam
BEI digunakan sebagai populasi karena perusahaan tersebut memiliki kewajiban
untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan sehingga
memungkinkan laporan tahunan tersebut dapat diperoleh dalam penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ilmiah ini data sekunder, yaitu
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba-rugi yang disajikan dalam
rupiah (Rp) 2007 - 2011 dari ke 9
perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dalam
penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang termuat di dalam
laporan keuangan perusahaan industri farmasi tahun 2007 - 2011 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan teknik pengumpulan data diperoleh
melalui website www.idx.co.id dan
studi pustaka dari
buku-buku literatur, majalah-majalah ekonomi dan jurnal yang berkaitan dalam
menunjang penelitian ini.
Model yang dikembangkan oleh Springate S = 1,03A + 3,07 B + 0,66C +0,4D Dimana : S = nilai
springate, A = working capital / total asset, B = net profit before interest
and taxes / total asset, C = net profit before taxes / current
liabilities, D = sales / total asset. Springate
(1978) mengemukakan nilai cut-off
yang berlaku untuk model ini adalah 0,862. Nilai S yang lebih kecil dari 0,862
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami kebangkrutan.
Model ini memiliki akurasi 92,5% dalam tes yang dilakukan Springate
Variable Potensi Kebangkrutan dibagi menjadi 3
katagori :
Tabel 3.1
Titik Cut-Off Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Public
Nilai Cut-Off
|
Keterangan
|
S < 0,862
|
Menunjukkan
indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius, hal ini
perlu ditindaklanjuti oleh manajemen perusahaan agar tidak terjadi
kebangkrutan.
|
0,862
< S < 1,062
|
Menunjukkan
bahwa perusahaan berada dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini manajemen
harus hati-hati dalam mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan.
|
S > 1,062
|
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang
sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan (non-bankrupt company).
|
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Populasi penelitian ini adalah
perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2007
- 2011. Perusahaan farmasi digunakan
sebagai populasi karena memiliki resiko
yang cukup tinggi terhadap potensi kebangkrutan.
Sebelum menghitung metode Springate Konvensional
dan Fuzzy Springate dari terlebih dahulu dihitung besarnya
variabel-variabel yang terdiri dari Working Capital to Total Assets
Ratio, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio, Sales to Total Assets Ratio , Earning
Before Taxes to Current Liabilities Ratio dan pendekatan himpunan Fuzzy
serta membership of function. Untuk melakukan perhitungan digunakan data
berupa laporan keuangan. Laporan keuangan yang diperlukan berupa laporan neraca
periode 2007 - 2011 dan laporan laba
rugi periode 2007 - 2011. Berikut ini
adalah analisis nilai springate 2007 2011.
Gambar 1
(Sumber: Data diolah)
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa kenaikan paling tinggi terjadi pada PT.
Schering Plough Indonesia Tbk tahun 2011 dan penurunan paling tinggi terjadi
pada PT. Kalbe Farma Tbk tahun 2008. Pada PT. Schering Plough Indonesia dimana WCTA naik cukup signifikan sebesar 0,727,
hal ini disebabkan karena perusahaan dapat mengurangi total hutang lancar dari
Rp 210.043.249 pada 2010 turun signifikan menjadi Rp 68.090.278 pada 2011. Penurunan
terjadi pada PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 0,071, hal ini disebabkan karena
naiknya hutang lancar dari Rp 754.629.000 pada tahun 2010 menjadi Rp
1.250.372.000 pada tahun 2011.
Gambar 2
(Sumber: Data diolah)
Pada gambar 2 metode Fuzzy Springate tahun 2007 memprediksikan 3 perusahaan yang memiliki
potensi kebangkrutan yaitu PT Pryidam Farma Tbk, PT Schering Pharmaceutical
Indonesia Tbk, dan PT Indofarma Tbk. Metode Fuzzy
Springate secara akurat
memprediksikan bahwa PT Indofarma Tbk juga memiliki potensi kebangkrutan dengan
persentase sebesar 83%.
Pada
tahun 2008 metode Fuzzy Springate secara konsisten memprediksi
bahwa hanya PT Schering Pharmaceutical Indonesia Tbk yang memiliki potensi
kebangkrutan dan secara akurat metode Fuzzy
Springate memprediksikan bahwa 87% PT
Indofarma Tbk dinyatakan tidak memiliki potensi kebangkrutan yang artinya masih
ada kemungkinan sebesar 13% perusahaan tersebut dinyatakan tidak memiliki
potensi kebangkrutan, hal yang sama juga terjadi pada PT Pryidam Farma Tbk yang
diprediksikan bahwa 79% PT Pyridam Farma Tbk dinyatakan tidak memiliki potensi
kebangkrutan yang artinya masih ada kemungkinan sebesar 21% perusahaan tersebut
dinyatakan memiliki potensi kebangkrutan
Pada tahun 2009 metode Fuzzy Springate secara
konsisten menyatakan bahwa tidak satupun perusahaan diinyatakan bangkrut, akan
tetapi metode Fuzzy Springate secara akurat memprediksikan
bahwa 81% PT Schering Plough Indonesia Tbk dinyatakan tidak memiliki potensi
kebangkrutan yang artinya masih ada kemungkinan sebesar 19% perusahaan tersebut
dinyatakan memiliki potensi kebangkrutan.
Pada tahun 2010
Fuzzy Springate menyatakan bahwa hanya
PT Schering Plough Indonesia Tbk yang memiliki potensi kebangkrutan dan
selebihnya perusahaan di industri farmasi tidak memiliki potensi kebangkrutan
Pada tahun 2011 metode dan metode Fuzzy Springate secara konsisten memprediksi bahwa hanya PT Schering
Pharmaceutical Indonesia Tbk yang memiliki potensi kebangkrutan dan secara
akurat metode Fuzzy Springate memprediksikan bahwa 69% PT
Indofarma Tbk dinyatakan tidak memiliki potensi kebangkrutan yang artinya masih
ada kemungkinan sebesar 31% perusahaan tersebut dinyatakan memiliki potensi
kebangkrutan, hal yang sama juga terjadi pada PT Darya Varia Laboratoria Tbk
dimana secara akurat metode Fuzzy Springate memprediksikan bahwa 76% PT Darya Varia Laboratoria Tbk
dinyatakan tidak memiliki potensi kebangkrutan yang artinya masih ada
kemungkinan sebesar 24% perusahaan tersebut dinyatakan memiliki potensi kebangkrutan
Analisis
Perbandingan Prediksi dan Aktual
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan
mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan
usahanya. Tujuan prediksi kebangkrutan adalah sebagai peringatan dini terhadap
kemungkinan terjadinya kegagalan manajemen dalam mengelola perusahaan. Saat ini banyak perusahaan yang seharusnya
dikatakan bangkrut dari sisi keuangan tetapi masih bisa survive sampai sekarang dikarenakan perusahaan memiliki nilai lebih pada aspek
non keuangan yang lain. Pada perusahaan industri farmasi 2007 – 2011,
terdapat 3 perusahaan yang mengalami potensi kebangkrutan yaitu PT Indofarma
Tbk tahun 2007, PT Pyridam Tbk tahun 2007, dan PT Schering Plough Indonesia Tbk
tahun 2007 – 2008 dan 2010 – 2011,akan tetapi potensi kebangkrutan yang
seharusnya dialami 3 perusahaan tersebut dapat diatasi oleh masing – masing
manajemen perusahaan yang melihat adanya banyak faktor non – keuangan lainnya , seperti perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
dan sebagainya yang dapat meyelamatkan masing – masing perusaahaan dari
kebangkrutan.
Pada PT
Schering Plough Indonesia Tbk dapat terhindar dari kebangkrutan, karena pada
tahun 2007 manajemen perusahaan melakukan kebijakan akuisisi terhadap Organon
BioScience (OBS), sehingga PT Schering Plough Indonesia Tbk dapat meningkatkan
penjualan pada tahun – tahun selanjutnya dengan mulai menjual produk produk OBS
diseluruh indonesia.
Kebijakan
akuisisi kembali dilakukan PT Schering Plough Indonesia Tbk untuk menghindari
kebangkrutan pada tahun selanjutnya dimana pada 2009 Merck & Co., Inc
dan PT Schering Plough Indonesia Tbk
bergabung, dalam penggabungan
tersebut PT Schering Plough Indonesia Tbk mengakuisisi seluruh saham Merck
& Co., Inc yang seluruhnya menjadi anak perusahaan dilakukan PT Schering
Plough Indonesia dan diganti namanya
menjadi Merck Sharp & Dohme Corp, hal ini tentunya sangat
menguntungkan perusahaan dimana dapat menaikan nilai assets dan meningkatkan
penjualan.
Tahun 2010
merupakah masa yang penuh tantangan bagi PT. Schering-Plough Indonesia Tbk
karena di tahun 2010 perusahaan
sedang dalam upaya untuk menstabilkan
dan membangun kembali struktur bisnisnya. Bersamaan dengan restrukturisasi
tersebut pasokan untuk beberapa produk mendapat sedikit hambatan. Hal ini
mengakibatkan penurunan dari penjualan dan kenaikan biaya operasi Perusahaan di
tahun 2010. Pada tahun 2011 meskipun PT. Schering-Plough Indonesia Tbk masih
terindikasi potensi kebangkrutan, akan tetapi manajemen mampu menurunkan resiko
kebangkrutan tersebut yang berakibat pada naiknya penjualan sebesar 4,8% dan
naiknya nilai Springate sebesar 0,706 pada 2011.
Pada PT Indofarma Tbk dapat terhindar dari kebangkrutan,
karena adanya suntikan investasi
oleh investor dari tahun 2007 sebesar Rp 5.034.000.000 dan naik pada tahun 2008
dimana investor menginvestasikan
sebesar Rp 17.909.000.000. Untuk menghindari kebangkrutan investasi juga dilakukan pada penambahan aset
tetap sebesar Rp 17.884.000.000, mesin dan peralatan produksi sebesar Rp
1.563.000.000, dan perlengkapan kantor sebesar Rp 1.362.000.000. kebijakan investasi tetap dilakukan oleh PT
Indofarma Tbk pada tahun – tahun selanjutnya yang menyebabkan nilai Springate perusahaan tersebut bergerak
naik dan menjauhi titik cut off yaitu 1,049 pada 2008, 1,123 pada 2009 , 1,191
pada 2010 dan 0.993 pada 2011
Pada PT Pyridam Farma Tbk dapat terhidar dari kebangkrutan,
karena PT Pyridam farma Tbk memiliki nilai saham yang stabil tiap tahunnya. Meskipun pada tahun
2007 PT Pyradam Farma Tbk diprediksikan bangkrut, akan tetapi pada Nilai
pembukaan dan penutupan saham pada bulan Januari 2008 berkisar di angka 60
hingga 84. Selisih 24 menunjukkan harga saham PT. Pyridam Farma Tbk termasuk stabil. Kemampuan manajemen dalam menstabilkan harga
saham mempengaruhi nilai Springate
yang naik pada tahun 2008 sebesar 0,941, 1,149 pada tahun 2009, 1,384 pada
tahun 2010, dan 1,214 pada tahun 2011.
PENUTUP
Dalam perhitungan metode Springate Konvensional untuk prediksi kebangkrutan terhadap 9 perusahaan
industri farmasi selama tahun 2007 - 2011 terdapat 2 perusahaan yang masuk
dalam kategori bangkrut yaitu PT Schering Plough Indonesia Tbk tahun
2007 – 2008 dan 2010 – 2011 dan PT
Pyridam Farma Tbk tahun 2007, sisanya termasuk dalam kategori sehat.
Dalam perhitungan metode Fuzzy Springate untuk prediksi kebangkrutan
terhadap 9 perusahaan industri farmasi
selama tahun 2007 - 2011, yaitu terdapat
3 perusahaan yang dikategorikan bangkrut yaitu PT Schering Plough Indonesia Tbk
tahun 2007 – 2008 dan 2010 – 2011, PT Pyridam Farma Tbk tahun 2007, dan PT Indofarma Tbk tahun 2007 sisanya termasuk dalam kategori sehat.
Secara statistik, kedua metode tersebut
mempunyai tingkat keakuratan yang hampir sama dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan industri farmasi, akan tetapi metode Fuzzy Springate lebih dapat memberikan nilai keakuratan yang lebih detail
dari pada metode Springate Konvensional
Perusahaan
yang mengalami kondisi sehat hendaknya selalu menjaga aset keuangan
perusahaannya dengan baik karena bila tidak diperhatikan maka kecenderungan
perusahaan berada pada daerah rawan atau bahkan berpotensi untuk bangkrut
dimasa datang dapat terjadi.
Perusahaan
yang berada pada posisi rawan
hendaknya berhati-hati dalam menggunakan aset keuangan perusahaan agar kondisi
kebangkrutan tidak terealisasi.
Bila
perusahaan ingin berada pada kondisi keuangan yang sehat, dapat dilakukan
dengan cara :
Meningkatkan modal kerja, dengan cara meningkatkan aktiva
lancar dan mengurangi utang lancar.
Meningkatkan EBIT
dan EBT perusahaan dengan
meningkatkan penjualan perusahaan. Diharapkan perusahaan benar-benar
memperhatikan perkembangan EBIT
perusahaan, karena nilai EBIT sangat
berpengaruh dalam meningkatkan indeks Springate
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Atiya, Amir F. “Bangkruptcy Prediction for Credit Risk Using Neural
Networks : A Survey and New Results”, International
Research Journal of Financial and Economics, Vol. 12, No. 4: 929 – 935.
Cahyadi, Alfian. 2011. Analisis
Perbandingan Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Altman z score dan Metode
Springate Pada Perusahaan Kategori Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.Jakarta : Universitas Gunadarma.
Jimmy Januar I. 2010. Analisis Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan Bersaham LQ 45 Dengan
Metode Altman Z-Score. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Lin, Frank. 2007. “Application of Neural Networks to Business Bankruptcy
Analysis in Thailand”, International
Journal of Computational Inteligence Research. Vol. 3, No. 1: 91 – 96.
Rifqi, Muhammad. 2009. “ Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Ohlson,
Zmijewski, dan Springate dalam Penerapannya di Indonesia”. Skripsi.
Universitas Indonesia.
Nurjanah,
Suci. 2010. Analisis Potensi Kebangkrutan
Pada Perusahaan Jasa Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia Dengan Model
Altman Z-Score. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Vieira, A. “Computational Intelligent Techniques for Financial Distress
Detectio”, International Journal of
Computational Inteligence Research, Vol. 2, No.1: 60 – 65.