Kamis, 06 Juni 2013

Contoh Jurnal Skripsi ( Perbandingan Metode Springate dengan Metode Fuzzy )

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE SPRINGATE KONVENSIONAL DAN METODE FUZZY SPRINGATE PADA PERUSAHAAN INDUSTRI FARMASI

Cahaya Santika Taqwa
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
 Cahayababel@yahoo.com

ABSTRAK
Semakin berkembangnya perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Unsur keuangan yang tidak sehat dapat mengakibatkan suatu perusahaan mengalami kebangkrutan oleh karena itu prediksi kebangkrutan diharapkan dapat menjadi peringatan dini bagi perusahaan agar tidak mengalami kegagalan keuangan. Metodologi yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode Springate Konvensional dan metode Fuzzy Springate dengan variabel working capital to total assets ratio, earning before interest and taxes to total assets ratio, sales to total assets ratio , earning before taxes to current. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam perhitungan metode Springate Konvensional terdapat 2 perusahaan yang masuk dalam kategori bangkrut yaitu PT. Pryidam Farma Tbk pada tahun 2007 dan PT. Schering Plough Indonesia Tbk 2007 - 2008 and 2010 – 2011, sedangkan  dalam perhitungan metode  Fuzzy Springate, terdapat 3 perusahaan yang dikategorikan bangkrut yaitu , PT. Indofarma Tbk pada tahun 2007, PT. Pryidam Farma Tbk pada tahun 2007 dan PT. Schering Plough Indonesia tahun 2007 - 2008 and 2010 - 2011.

Kata Kunci : Fuzzy Springate, Pharmaceuticals

ABSTRACT
The continued growth  of the economy led to competition between companies are becoming increasingly stringent. Financial Elements unhealthy can lead a company into bankruptcy, in order that bankruptcy prediction is expected can be early warning for companies so that doesn’t get financial distress. Methodology used in this paper is Springate Conventional method and Fuzzy Springate method with variable working capital to total assets ratio, earnings before interest and taxes to total assets ratio, sales to total assets ratio, and earnings before taxes to current liabilities. Results from the study show that the calculation method for the prediction of bankruptcy Conventional Springate ,there are 5 companies listed in the category of bankruptcy that is PT. Pryidam Farma Tbk and PT in 2007. Schering Plough Indonesia Tbk to 2007 - 2008 and 2010 – 2011. Prediction of bankruptcy Fuzzy Springate, there are 3 companies were categorized bankruptcy, PT. Indofarma Tbk in 2007, PT. Pryidam Farma Tbk and PT in 2007. Schering Plough Indonesia Tbk to the years 2007 - 2008 and 2010 – 2011.

Keywords : Fuzzy Springate, Pharmaceuticals

PENDAHULUAN
Selama kurun waktu belakangan ini dunia ekonomi dan bisnis berkembang dengan pesat. Perusahaaan-perusahaan telah berkembang menjadi semakin besar dan kompleks. Hal ini tidak terlepas dari semakin tinggi dan canggihnya teknologi serta manajemen yang sehat di dalam perusahaan itu sendiri.
Pada umumnya, perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan, disamping itu ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam persaingan, berkembang (growth) serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat. Semakin berkembangnya perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut perusahaan untuk selalu memperkuat fundamental manajemen sehingga akan mampu bersaing dengan perusahaan lain. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan global akan mengakibatkan pengecilan dalam volume usaha yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba untuk menerapkan analisis potensi kebangkrutan ini pada salah satu industri yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yaitu Consumer Goods Industry dengan konsentrasi Pharmaceuticals. Industri ini dipilih karena perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri farmasi sedang mengalami perkembangan yang signifikan, dimana pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan menetapkan peraturan Nomor 104/2009 yang membatasi alokasi dana iklan produk obat. Kebijakan ini mengharuskan industri farmasi untuk membatasi pembelanjaan iklan, jika promosi berkurang, pasar menjadi sulit untuk berkembang karena masyarakat tidak mengetahui adanya produk obat baru tersebut. Ditambah pengetatan persyaratan registrasi obat, di mana obat yang didaftarkan harus diproduksi di dalam negeri. Konsumsi obat per kapita di Indonesia pun jauh lebih rendah dibanding negara lain.
Untuk melengkapi keterbatasan dari analisis rasio dapat menggunakan beberapa metode alat analisis untuk memprediksi kebangkrutan yang telah dikembangkan oleh para peneliti seperti Fuzzy (1965),Beaver(1966), Altman(1968, 1973, 1982, 1993), Springate(1978), Zavgren (1983), Zmijewski (1983). Dari beberapa metode analisis yang telah disebutkan diatas, peneliti merasa tertarik untuk membandingkan dua jenis metode yaitu metode analisis Springate Konvensional, metode Fuzzy  Springate yang dikembangkan dalam penelitian dengan judul  “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Springate konvensional dan Metode  Fuzzy Springate pada Perusahaan Industri Farmasi”.
            Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pengetatan kebijakan yang dilakukan pemerintah pada industri farmasi akan mengakibatkan kemungkinan perusahaan – perusahan di sektor farmasi mengalami masalah keuangan sangat tinggi. Tidak sedikit perusahaan yang mengalami permasalahan dalam bidang keuangan dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai prediksi kebangkrutan. Prediksi kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan atau tidak dimasa yang akan datang. Banyak metode yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan salah satunya metode Springate, metode springate dipilih penulis dikarenakan metode ini memiliki tingkat kebenaran yang tinggi ketika digunakan untuk memprediksi perusahaan manufaktur, untuk lebih memberikan keakuratan dan ketajaman hasil penelitian penulis juga akan membandingkannya  dengan metode  fuzzy springate. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. Pertama, Bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur kategori Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menurut metode Springate konvensional?. Kedua Bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur kategori Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menurut metode Fuzzy Springate?. Ketiga Bagaimana perbandingan tingkat keakuratan metode Springate konvensional dan metode Fuzzy Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan Industri Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
            Dalam penulisan ini, penulis membatasi permasalahan, yang menjadi objek penulisan adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Springate Konvensional dan Fuzzy Springate. Dengan menggunakan laporan keuangan 9 perusahaan Industri farmasi  yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011
Adapun tujuan penulisan ini yang pertama, untuk mengetahui bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur kategori Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menurut metode Springate konvensional. Kedua, untuk mengetahui bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur kategori Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menurut metode Fuzzy Springate,dan untuk Mengetahui perbandingan tingkat keakuratan metode Springate konvensional dan metode Fuzzy Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur kategori Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari uraian penulisan ini, diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya: bagi pemilik perusahaan dapat digunakan untuk memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya di perusahaan itu atau menjualnya dan kemudian menanamkan modalnya ditempat lain, sedangkan investor dan kreditor sebagai pihak yang berada di luar perusahaan dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam perusahaan demi keamanan investasi modalnya sebab ketidakmampuan untuk membaca sinyal-sinyal dalam kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang telah dilakukan.


METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011. Perusahaan farmasi digunakan sebagai populasi karena memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap potensi kebangkrutan yang disebabkan pengetatan kebijakan yang dilakukan  pemerintah. Perusahaan yang tercatat dalam BEI digunakan sebagai populasi karena perusahaan tersebut memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan sehingga memungkinkan laporan tahunan tersebut dapat diperoleh dalam penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ilmiah ini data sekunder, yaitu laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba-rugi yang disajikan dalam rupiah (Rp) 2007 - 2011 dari ke 9 perusahaan  industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
            Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang termuat di dalam laporan keuangan perusahaan  industri farmasi tahun 2007 - 2011 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan teknik pengumpulan data diperoleh melalui website www.idx.co.id dan  studi pustaka dari buku-buku literatur, majalah-majalah ekonomi dan jurnal yang berkaitan dalam menunjang penelitian ini.

 Model yang dikembangkan oleh Springate S = 1,03A + 3,07 B + 0,66C +0,4D Dimana  : S = nilai springateA = working capital / total asset, B = net profit before interest and taxes / total asset, C = net profit before taxes / current liabilities, D = sales / total asset. Springate (1978) mengemukakan nilai cut-off yang berlaku untuk model ini adalah 0,862. Nilai S yang lebih kecil dari 0,862 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Model ini memiliki akurasi 92,5% dalam tes yang dilakukan Springate

Variable Potensi Kebangkrutan dibagi menjadi 3 katagori :
Tabel 3.1
Titik Cut-Off Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Public
Nilai Cut-Off
Keterangan
S < 0,862
Menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius, hal ini perlu ditindaklanjuti oleh manajemen perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan.
0,862 < S < 1,062
Menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini manajemen harus hati-hati dalam mengelola aset-aset perusahaan agar tidak  terjadi kebangkrutan.
S > 1,062
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan (non-bankrupt company).








ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Populasi penelitian ini adalah perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011. Perusahaan farmasi digunakan sebagai populasi karena memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap potensi kebangkrutan.
Sebelum menghitung metode Springate Konvensional dan Fuzzy Springate dari terlebih dahulu dihitung besarnya variabel-variabel yang terdiri dari Working Capital to Total Assets Ratio, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio, Sales to Total Assets Ratio , Earning Before Taxes to Current Liabilities Ratio dan pendekatan himpunan Fuzzy serta membership of function. Untuk melakukan perhitungan digunakan data berupa laporan keuangan. Laporan keuangan yang diperlukan berupa laporan neraca periode 2007 -  2011 dan laporan laba rugi periode 2007 -  2011. Berikut ini adalah analisis nilai springate 2007 2011.


  
Gambar 1
(Sumber: Data diolah)

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa kenaikan paling tinggi terjadi pada PT. Schering Plough Indonesia Tbk tahun 2011 dan penurunan paling tinggi terjadi pada PT. Kalbe Farma Tbk tahun 2008. Pada PT. Schering Plough Indonesia dimana WCTA naik cukup signifikan sebesar 0,727, hal ini disebabkan karena perusahaan dapat mengurangi total hutang lancar dari Rp 210.043.249 pada 2010 turun signifikan menjadi Rp 68.090.278 pada 2011. Penurunan terjadi pada PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 0,071, hal ini disebabkan karena naiknya hutang lancar dari Rp 754.629.000 pada tahun 2010 menjadi Rp 1.250.372.000 pada tahun 2011.


 Gambar 2
(Sumber: Data diolah)

Pada  gambar 2 metode Fuzzy Springate tahun 2007  memprediksikan 3 perusahaan yang memiliki potensi kebangkrutan yaitu PT Pryidam Farma Tbk, PT Schering Pharmaceutical Indonesia Tbk, dan PT Indofarma Tbk. Metode Fuzzy Springate secara akurat memprediksikan bahwa PT Indofarma Tbk juga memiliki potensi kebangkrutan dengan persentase sebesar 83%.
Pada tahun 2008 metode Fuzzy Springate secara konsisten memprediksi bahwa hanya PT Schering Pharmaceutical Indonesia Tbk yang memiliki potensi kebangkrutan dan secara akurat metode Fuzzy Springate memprediksikan bahwa 87% PT Indofarma Tbk dinyatakan tidak memiliki potensi kebangkrutan yang artinya masih ada kemungkinan sebesar 13% perusahaan tersebut dinyatakan tidak memiliki potensi kebangkrutan, hal yang sama juga terjadi pada PT Pryidam Farma Tbk yang diprediksikan bahwa 79% PT Pyridam Farma Tbk dinyatakan tidak memiliki potensi kebangkrutan yang artinya masih ada kemungkinan sebesar 21% perusahaan tersebut dinyatakan memiliki potensi kebangkrutan
Pada tahun 2009 metode Fuzzy Springate secara konsisten menyatakan bahwa tidak satupun perusahaan diinyatakan bangkrut, akan tetapi metode Fuzzy Springate secara akurat memprediksikan bahwa 81% PT Schering Plough Indonesia Tbk dinyatakan tidak memiliki potensi kebangkrutan yang artinya masih ada kemungkinan sebesar 19% perusahaan tersebut dinyatakan memiliki potensi kebangkrutan.
Pada tahun 2010  Fuzzy Springate menyatakan bahwa hanya  PT Schering Plough Indonesia Tbk yang memiliki potensi kebangkrutan dan selebihnya perusahaan di industri farmasi tidak memiliki potensi kebangkrutan
Pada tahun 2011 metode dan metode Fuzzy Springate secara konsisten memprediksi bahwa hanya PT Schering Pharmaceutical Indonesia Tbk yang memiliki potensi kebangkrutan dan secara akurat metode Fuzzy Springate memprediksikan bahwa 69% PT Indofarma Tbk dinyatakan tidak memiliki potensi kebangkrutan yang artinya masih ada kemungkinan sebesar 31% perusahaan tersebut dinyatakan memiliki potensi kebangkrutan, hal yang sama juga terjadi pada PT Darya Varia Laboratoria Tbk dimana  secara akurat metode Fuzzy Springate memprediksikan bahwa 76% PT Darya Varia Laboratoria Tbk dinyatakan tidak memiliki potensi kebangkrutan yang artinya masih ada kemungkinan sebesar 24% perusahaan tersebut dinyatakan memiliki potensi kebangkrutan

Analisis Perbandingan Prediksi dan Aktual
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Tujuan prediksi kebangkrutan adalah sebagai peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan manajemen dalam mengelola perusahaan. Saat ini banyak perusahaan yang seharusnya dikatakan bangkrut dari sisi keuangan tetapi masih bisa survive sampai sekarang dikarenakan  perusahaan memiliki nilai lebih pada aspek non keuangan yang lain. Pada perusahaan industri farmasi 2007 – 2011, terdapat 3 perusahaan yang mengalami potensi kebangkrutan yaitu PT Indofarma Tbk tahun 2007, PT Pyridam Tbk tahun 2007, dan PT Schering Plough Indonesia Tbk tahun 2007 – 2008 dan 2010 – 2011,akan tetapi potensi kebangkrutan yang seharusnya dialami 3 perusahaan tersebut dapat diatasi oleh masing – masing manajemen perusahaan yang melihat adanya banyak faktor non – keuangan lainnya , seperti perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, dan sebagainya yang dapat meyelamatkan masing – masing perusaahaan dari kebangkrutan.
Pada PT Schering Plough Indonesia Tbk dapat terhindar dari kebangkrutan, karena pada tahun 2007 manajemen perusahaan melakukan kebijakan akuisisi terhadap Organon BioScience (OBS), sehingga PT Schering Plough Indonesia Tbk dapat meningkatkan penjualan pada tahun – tahun selanjutnya dengan mulai menjual produk produk OBS diseluruh indonesia.
Kebijakan akuisisi kembali dilakukan PT Schering Plough Indonesia Tbk untuk menghindari kebangkrutan pada tahun selanjutnya dimana pada 2009 Merck & Co., Inc dan  PT Schering Plough Indonesia Tbk bergabung, dalam penggabungan tersebut PT Schering Plough Indonesia Tbk mengakuisisi seluruh saham Merck & Co., Inc yang seluruhnya menjadi anak perusahaan dilakukan PT Schering Plough Indonesia dan diganti namanya  menjadi Merck Sharp & Dohme Corp, hal ini tentunya sangat menguntungkan perusahaan dimana dapat menaikan nilai assets dan meningkatkan penjualan.
Tahun 2010 merupakah masa yang penuh tantangan bagi PT. Schering-Plough Indonesia Tbk karena di tahun 2010 perusahaan sedang dalam upaya untuk menstabilkan dan membangun kembali struktur bisnisnya. Bersamaan dengan restrukturisasi tersebut pasokan untuk beberapa produk mendapat sedikit hambatan. Hal ini mengakibatkan penurunan dari penjualan dan kenaikan biaya operasi Perusahaan di tahun 2010. Pada tahun 2011 meskipun PT. Schering-Plough Indonesia Tbk masih terindikasi potensi kebangkrutan, akan tetapi manajemen mampu menurunkan resiko kebangkrutan tersebut yang berakibat pada naiknya penjualan sebesar 4,8% dan naiknya nilai Springate sebesar 0,706 pada 2011.
Pada PT Indofarma Tbk dapat terhindar dari kebangkrutan, karena adanya suntikan investasi oleh investor dari tahun 2007 sebesar Rp 5.034.000.000 dan naik pada tahun 2008 dimana investor menginvestasikan sebesar Rp 17.909.000.000. Untuk menghindari kebangkrutan investasi juga dilakukan pada penambahan aset tetap sebesar Rp 17.884.000.000, mesin dan peralatan produksi sebesar Rp 1.563.000.000, dan perlengkapan kantor sebesar Rp 1.362.000.000. kebijakan investasi tetap dilakukan oleh PT Indofarma Tbk pada tahun – tahun selanjutnya yang menyebabkan nilai Springate perusahaan tersebut bergerak naik dan menjauhi titik cut off  yaitu 1,049 pada 2008, 1,123 pada 2009 , 1,191 pada 2010 dan 0.993 pada 2011
Pada PT Pyridam Farma Tbk dapat terhidar dari kebangkrutan, karena PT Pyridam farma Tbk memiliki nilai saham yang stabil tiap tahunnya. Meskipun pada tahun 2007 PT Pyradam Farma Tbk diprediksikan bangkrut, akan tetapi pada Nilai pembukaan dan penutupan saham pada bulan Januari 2008 berkisar di angka 60 hingga 84. Selisih 24 menunjukkan harga saham PT. Pyridam Farma Tbk termasuk stabil. Kemampuan manajemen dalam menstabilkan harga saham mempengaruhi nilai Springate yang naik pada tahun 2008 sebesar 0,941, 1,149 pada tahun 2009, 1,384 pada tahun 2010, dan 1,214 pada tahun 2011.


PENUTUP
Dalam perhitungan metode Springate Konvensional untuk prediksi kebangkrutan terhadap 9 perusahaan industri farmasi selama tahun 2007 - 2011 terdapat 2 perusahaan yang masuk dalam kategori bangkrut yaitu PT Schering Plough Indonesia Tbk tahun 2007 – 2008 dan 2010 – 2011 dan PT Pyridam Farma Tbk tahun 2007, sisanya termasuk dalam kategori sehat.
Dalam perhitungan metode Fuzzy Springate untuk prediksi kebangkrutan terhadap 9 perusahaan  industri farmasi selama tahun 2007 - 2011, yaitu  terdapat 3 perusahaan yang dikategorikan bangkrut yaitu PT Schering Plough Indonesia Tbk tahun 2007 – 2008 dan 2010 – 2011, PT Pyridam Farma Tbk tahun 2007, dan PT Indofarma Tbk tahun 2007 sisanya termasuk dalam kategori sehat.
Secara statistik, kedua metode tersebut mempunyai tingkat keakuratan yang hampir sama dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan industri farmasi, akan tetapi metode Fuzzy Springate lebih dapat memberikan nilai keakuratan yang lebih detail dari pada metode Springate Konvensional
Perusahaan yang mengalami kondisi sehat hendaknya selalu menjaga aset keuangan perusahaannya dengan baik karena bila tidak diperhatikan maka kecenderungan perusahaan berada pada daerah rawan atau bahkan berpotensi untuk bangkrut dimasa datang dapat terjadi.
Perusahaan yang berada pada posisi rawan hendaknya berhati-hati dalam menggunakan aset keuangan perusahaan agar kondisi kebangkrutan tidak terealisasi.
Bila perusahaan ingin berada pada kondisi keuangan yang sehat, dapat dilakukan dengan cara :
Meningkatkan modal kerja, dengan cara meningkatkan aktiva lancar dan mengurangi utang lancar.
Meningkatkan EBIT dan EBT perusahaan dengan meningkatkan penjualan perusahaan. Diharapkan perusahaan benar-benar memperhatikan perkembangan EBIT perusahaan, karena nilai EBIT sangat berpengaruh dalam meningkatkan indeks Springate perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

Atiya, Amir F. “Bangkruptcy Prediction for Credit Risk Using Neural Networks : A Survey and New Results”, International Research Journal of Financial and Economics, Vol. 12, No. 4: 929 – 935.

Cahyadi, Alfian. 2011. Analisis Perbandingan Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Altman z score dan Metode Springate Pada Perusahaan Kategori Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Jakarta : Universitas Gunadarma.

Jimmy Januar I. 2010. Analisis Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan Bersaham LQ 45 Dengan Metode Altman Z-Score. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Lin, Frank. 2007. “Application of Neural Networks to Business Bankruptcy Analysis in Thailand”, International Journal of Computational Inteligence Research. Vol. 3, No. 1: 91 – 96.

Rifqi, Muhammad. 2009. “ Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Ohlson, Zmijewski, dan Springate dalam Penerapannya di Indonesia”. Skripsi. Universitas Indonesia.

Nurjanah, Suci. 2010. Analisis Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan Jasa Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia Dengan Model Altman Z-Score. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Vieira, A. “Computational Intelligent Techniques for Financial Distress Detectio”, International Journal of Computational Inteligence Research, Vol. 2, No.1: 60 – 65.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar